Jumat, 28 Juni 2013

Tugas 4 Bahasa Indonesia 2

Topik : Berbahasa Sesuai dengan Ranah Pemakaiannya

Opini yang pertama :  Dampak Globalisasi terhadap Sikap Bahasa

Globalisasi sudah menjadi fenomena semesta; globalisasi, suka atau tidak suka, juga mengubah sikap bahasa penutur Indonesia terhadap BI, terutama di kota-kota besar di Indonesia, khususnya terhadap BI resmi; penggunaan BI resmi, termasuk bahasa nasional, dianggap kurang bergengsi (kurang prestise), kurang nyaman (comfort), kurang canggih, bahkan dirasakan kurang aksi/kurang bergaya (prestige motive). Sikap ini juga terjadi pada media-media elektronik kita; dengan dalih era globalisasi, mata-mata acara ditayangkan dengan bahasa Inggris, malahan presenternya pun menggunakan bahasa gado-gado.

Demikian pula halnya sikap bahasa terhadap bahasa daerah; bahasa daerah kita cenderung telah tergusur karena penggunaan bahasa daerah dianggap kampungan. Sikap seperti itu tidak boleh terjadi; ini amat berbahaya karena penggusuran terhadap bahasa daerah akan berakibat terhadap tergusurnya kebudayaan daerah; hilangnya bahasa daerah berarti hilangnya kebudayaan daerah. Itu akan menimbulkan kekosongan/ kehampaan kebudayaan (cultural void); ini akan mencengkeram masyarakat. Sebagaimana kita ketahui, bahasa adalah jaringan sentral kebudayaan, di samping sebagai salah satu produk kebudayaan itu sendiri. Penggantian budaya yang sudah mapan dan berakar oleh budaya lain yang baru dan asing bisa menjadi fatal; ini akan menjadi krisis identitas yang amat serius. Konon masyarakat yang kehilangan budayanya akan dihinggapi penyakit kehilangan kepercayaan diri; masyarakat itu akan selalu bergantung kepada orang lain, akan mencari tuntunan orang lain di dalam membuat putusan-putusan.

Setakat ini sikap bahasa yang lain adalah kecenderungn memberi gengsi tinggi terhadap BI ragam rendah/ragam bahasa gaul, termasuk suka mencampur-campur unsur bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, di samping suka beralih-alih ke bahasa tersebut, padahal konteks dan situasi komunikasi tidak menuntutnya. Dengan kata lain, terdapat tumpang-tindih ranah penggunan bahasa. Ranah yang menuntut penggunaan bahasa resmi disulih dengan bahasa ragam rendah/bahasa gaul; konteks dan situasi interaksi resmi disulih dengan bahasa campur-campur atau dengan konstruksi wacana yang penuh dengan interferensi dari nonbahasa Indonesia resmi.

Secara kasat mata, globalisasi juga menurunkan derajat kebakuan ragam bahasa resmi: BI resmi mendapat gangguan dari bahasa asing, terutama bahasa utama dunia, seperti bahasa Inggris; gangguan ini cenderung tampak pada tingginya gejala interferensi (baik secara gramatikal maupun leksikal) dan gejala campur-campur bahasa BI-BA/Inggris, termasuk pemanfaatan alternasi (beralih =alih bahasa) yang sebenarnya tidak diperlukan/tidak dituntut dalam situasi komunikasi yang sedang berlangsung. Yang lebih memprihatinkan adalah bahwa globalisasi mengimplikasikan kecenderungan mengendurnya semangat nasional pada generasi muda bangsa kita, terutama di kota-kota besar. Bahkan, Putu Widjaja menyebutnya sebagai bencana nasional pada suatu seminar di Pusat Bahasa.


Opini yang kedua : Hubungan Bahasa Antara Masyarakat  Pengguna

a.      Pertama  Struktrur social berpengaruh terhadap struktur bahasa. Struktur social berkaitan erat dengan aktualisasi diri sehingga perbedaan struktur bahasa di antara kelas social di dalam masyarakat disebabkan adanya keinginan untuk merasa berbeda antarindividu didalam kelompok, atau pun antar kelompok kecil didalam kelompok yang lebih luas.

b.     Kedua Struktur bahasa menentukan struktur atau tingkatan social seseorang maupun sekelompok orang. Hal ini mengandung dua pengertian,yakni: (1) bentuk-bentuk lingual yang dipilih menentukan kelas  social pemakainya; (2) kekompleksan struktur yang digunakan seseorang atau pun sekelompok orang menunjukkan tingkat intelektualitasnya.


Opini yang ketiga : Tindak Tutur Bahasa

Penekanan pentingnya pengungkapan dan pencarian serta spesifikasi kaedah-kaedah sosiolinguistik dalam cara yang sangat jelas (fishman dalam Ibrahim, 1995: 142). Dalam hal ini mencari kaedah-kaedah atau norma-norma yang menjelaskan serta memaksakan tingkah laku bahasa dan tingkah laku ke arah atau terhadap bahasa di dalam komunitas ujar. Kaedah pengguanaan bahasa didefinisikan kompeten komunikatif para pemakaiannya dalam arti kemampuannya menyeleksi kode yang cocok dan mode yang tepat untuk setting dan aktifitas tertentu.

Semua interaksi lingual terdapat tindak tutur (Searle dalam Aslinda 2010: 33). Interaksi lingual bukan hanya lambang, kata atau kaliamat, melainkan lebih tepat bila disebut produk atau hasil dari lambang, kata, atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur.
Menurut Aslinda (2010: 34), Ada empat faktor yang menentukan tindak tutur diantaranya, adalah sebagai berikut:
1)      Dengan bahasa apa dia harus bertutur,
2)      Kepada siapa dia harus menyampaikan tuturan,
3)      Dalam situasi bagaimana tuturan itu disampaikan, dan
4)      Kemungkinan-kemungkinan struktur manakah yang ada dalam bahasa yang digunakan.

Dikatakan, Tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari interaksi lingual. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tindak tutur yang dikatakan adalah sepenggal tuturan yang dihasilkan sebagai bagian terkecil dalam interaksi lingual. Tindak tutur dapat berupa pernyataan, pertanyaan, dan perintah. Dengan demikian, satu maksud tuturan perlu dipertimbangkan berbagai kemungkinan tindak tutur sesuai dengan posisi penutur, situasi tutur, dan kemungkinan struktur yang ada dalam bahasa itu.


Opini yang keempat : Keanekaragaman Bahasa

Menurut Chaer (2010: 61-72) Variasi atau ragam bahasa merupakan bahasan pokok dalam studi sosiolinguistik, sehingga Kridalaksana (1974) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang berusaha menjelaskan ciri-ciri variasi bahasa dan menetapkan korelasi ciri-ciri  variasi bahasa tersebut dengan ciri-ciri variasi bahasa tersebut dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan.

1.      Variasi bahasa

Sebagai sebuah languege sebuah bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa itu. Terjadinya keanekaragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Keanekaragaman ini akan semakin bertambah kalau bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas.

2.      Variasi dari Segi Penutur

Variasi bahasa pertama yang kita lihat berdasarkan penuturnya adalah variasi bahasa yang disebut idiolek, yakni variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Variasi idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya.

Variasi bahasa kedua berdasarkan penuturnya adalah yang disebut dialek, yakni variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Para penutur dalam suatu dialek, meskipun mereka mempunyai idioleknya masing-masing, memiliki kesamaan ciri yang menandai bahwa mereka berada pada satu dialek, yang berbeda dengan kelompok penutur lain, yang berada dalam dialeknya sendiri  dengan ciri lain yang menandai dialeknya juga. Penggunaan istilah dialek dan bahasa dalam masyarakat umum memang seringkali bersifat ambigu.

Variasi ketiga berdasarkan penutur adalah yang disebut kronolek atau dialek temporal, yakni variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Variasi bahasa yang keempat berdasarkan penuturnya adalah apa yang disebut sosiolek atau dialek sosial, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Dalam sosiolinguistik biasanya variasi inilah yang paling banyak dibicarakan dan paling banyak menyita waktu untuk membicarakannya, karena variasi ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya.

Sehubungan dengan variasi bahasa berkenaan dengan tingkat, golongan, status, dan kelas sosial para penuturnya, biasanya dikemukakan oleh variasi bahasa yag disebut akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken.

3.      Variasi dari Segi Pemakaian

Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang sastra jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran, perekonomian, perdagangan, pendidikan, dan kegiatan keilmuan.

4.      Variasi dari Segi Keformalan

Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joos (1967) dalam bukunya The Five Clock membagi variasi bahasa atas lima macam gaya (Inggris style), yaitu gaya atau ragam beku (frozen), gaya atau ragam resmi (formal), gaya atau ragam usaha (konsultatif), gaya atau ragam santai (casual), dan gaya atau ragam akrab (intimate). Dalam kehidupan sehari-hari kelima ragam di atas, yang dilihat dari keformalan penggunaannya, mungkin secara bergantian kita gunakan.

5.      Variasi dan Segi Sarana

Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Adanya ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis memiliki wujud struktur yang tidak sama. 
         


               http://mulyanapgsdbahasa.blogspot.com

               http://eni-jola.blogspot.com


Rabu, 26 Juni 2013

Tugas Softkill 3 Bahasa Indonesia 2

Nama : 1. Dewi Purwasih Sofia
                2. Fauziah Tri Utami
                3. Olga Windi Mahardika
Kelas : 3KA02

Tugas Sofskill 3

1. Mengapa fungsi komunikasi bahasa disebut fungsi dasar? Mengapa pula disebut fungsi utama?

Jawab :

Fungsi utama bahasa, seperti disebutkan di atas, adalah sebagai alat komunikasi, atau sarana untuk menyampaikan informasi (fungsi informatif).  Sebagai sarana komunikasi, Dimana dapat dijelaskan bahwa komunikasi bahasa ialah penyampaian pesan atau makna oleh seseorang kepada orang lain. Keterikatan dan keterkaitan bahasa dengan manusia menyebabkan bahasa tidak tetap dan selalu berubah seiring perubahan kegaiatan manusia dalam kehidupannya di masyarakat. Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Terutama pada penggunaan fungsi komunikasi pada bahasa asing.

Tetapi, bahasa pada dasarnya lebih dari sekadar alat untuk menyampaikan informasi, atau mengutarakan pikiran, perasaan, atau gagasan, karena bahasa juga berfungsi:
a. untuk tujuan praktis: mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari.
b. untuk tujuan artistik: manusia mengolah dan menggunakan bahasa dengan seindah- indahnya  guna pemuasan rasa estetis manusia.
c. sebagai kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain, di luar pengetahuan kebahasaan.
untuk mempelajari naskah-naskah tua guna menyelidiki latar belakang sejarah manusia, selama
d.  kebudayaan dan adat-istiadat, serta perkembangan bahasa itu sendiri (tujuan filologis). Dikatakan oleh para ahli budaya, bahwa bahasalah yang memungkinkan kita membentuk diri sebagaimakhluk bernalar, berbudaya, dan berperadaban. Dengan bahasa, kita membina hubungan dan kerja sama,mengadakan transaksi, dan melaksanakan kegiatan sosial dengan bidang dan peran kita masing-masing.Dengan bahasa kita mewarisi kekayaan masa lampau, menghadapi hari ini, dan merencanakan masa depan.


2. Sebutkan tiga contoh alat komunikasi sosial yang bukan bahasa, dan jelaskan fungsinya!

Jawab:


a)  Bunyi Tong-tong berfungsi member tanda bahaya.



b)  Adanya asap berfungsi menunjukkan bahaya kebakaran.

c) Bedug berfungsi untuk tanda segera melakukan sholat




3. Bahasa Indonesia mempunyai empat jenis definisi, yaitu definisi nominal, formal, operasional, dan luas. Jelaskan ke 4 jenis definisi tersebut dan tuangkan jawabannya dalam sebuah teks dengan topik Teknologi Informasi atau yang terkait dengan bidang studi kalian. Tulisan dibuat secara singkat dan jelas!

Jawab :

1. Definisi Nominal : Definisi nominal berupa pengertian singkat. Definisi pada jenis definisi ini ada tiga macam yaitu :

·  Sinonim atau padanan, contohnya : Manusia ialah orang, perempuan ialah wanita.
·  Terjemahan dari bahasa lain, contohnya : Kinerja ialah Performance, Pengembang ialah Developer.
·  Asal usul sebuah kata, contohnya : Psikologi berasal dari kata psyche berarti jiwa, dan logos berarti ilmu, psikologi adalah ilmu jiwa.

2. Definisi Formal : Definisi formal disebut juga definisi terminologis, yaitu definisi yang disusun berdasarkan logika formal yang terdiri tiga unsur. Struktur definisi ini berupa kelas, genus, dan pembeda (differensiasi). Ketiga unsur tersebut harus tampak dalam defiens. Struktur formal diawali dengan klarifikasi, diikuti dengan menentukan kata yang akan dijadikan definiendum, dilanjutkan dengan menyebutkan genus, dan diakhiri dengan menyebutkan kata-kata atau deskripsi pembeda. Pembeda harus lengkap dan menyeluruh sehingga benar-benar menunjukkan pengertian yang sangat khas dan membedakan pengertian dari kelas yang lain.


Contoh : Mahasiswa adalah Pelajar di Perguruan Tinggi

3. Definisi Operasional : Definisi Operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian. Oleh Karena itu, definisi ini disebut juga definisi kerja karena dijadikan pedoman untuk melaksanakan suatu penelitian atau pekerjaan tertentu. Definisi ini disebut juga definisi subjektif karena disusun berdasarkan keinginan orang yang melakukan pekerjaan.

Contoh :
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pengaruh indeks prestasi kumulatif terhadap kecerdasan Mahasiswa Jurusan Sistem Informasi Angkatan 2010.
Prestasi Mahasiswa adalah indeks prestasi kumulatif yang diperoleh sejak awal kuliah sampai akhir perkuliahan

4. Definisi Luas : Definisi luas adalah Batasan pengertian yang sekurang-kurangnya terdiri atas satu paragraf. Definisi ini hanya berisi suatu gagasan yang terdifinisikan. 
Contoh :
•    Hasil belajar mahasiswa ialah indeks prestasi yang dicapai pada akhir semester.
•    Kecepatan membaca ialah rata-rata jumlah kata yang dapat dibaca dalam satu menit.




4. Bacalah surat kabar dan majalah. Cari dan temukan paragraf argumentasi yang deduktif dan induktif!

Jawab :

· Berikut kalimat argumentasi bersifat Deduktif :

“ Sebuah pesawat jenis angkut jenis Dornier 328 milik militer Amerika Serikat mendarat tanpa izin di Bandar Udara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. Pesawat dengan nama Magma 01 itu diketahui sedang dalam sebuah misi penerbangan dari Colombo menuju Singapura dan memasuki wilayah udara Indonesia tanpa permisi, Senin 20 Mei lalu, pukul 14.30 WIB.”

· Berikut kalimat argumentasi bersifat Induktif :


“ Menurut Dia, sulit dipercaya jika pilot Amerika melakukan penerbangan tanpa tujuan jelas. Penerbangan pesawat itu bahkan tidak diketahui Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. Atase Pers Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, Troy Pederson, mengaku tidak mengetahui tentang pendaratan peswat tersebut. “Tidak ada informasi maupun komunikasi dengan pihak militer Amerika, “ kata Nuning.”


5. Cari dan temukan paragraf atau wacana campuran : deskripsi, narasi, argumentasi, baik yang deduktif maupun yang induktif?

Jawab :

1.  Deskripsi

Kami duduk di bangku yang berada di bawah pohon beringin rimbun menghijau yang akar-akarnya sudah menjuntai ke tanah menandakan usianya sudah tua. Nyaman sekali kami duduk-duduk di sana ketika matahari terik bulan Mei menerpa. Semilir angin yang membawa keharuman humus membelai-belai rambut dan kulit kami sehinggaenyahlah kepenatan .

2.  Narasi

Biasanya orang singgah ke restoran ingin mencari makanan enak, mereka ingin mengenyangkan perut yang lapar dengan menyantap hidangan yang tersedia.
Namun demikian, pengunjung sekarang mulai datang ke restoran dengan tujuan lebih variatif. Mereka ke restoran tak lagi sekedar mengenyangkan perut tapi juga berusaha “mengenyangkan” mata.
Di tengah hiruk pikuk bisnis restoran, ada sebagian orang yang menjadikan pergi ke tempat makan sebagai gaya hidup. Para pebisnis makanan pun rupanya jeli dengan adanya kalangan tertentu ini.
Pengusaha restorans tak lagi sekedar menyediakan menu makanan enak bagi pengunjung. Akan tetapi menyediakan fasilitas lain seperti arena untuk bernyanyi, panggung hiburan yang menampilkan acara live music. Hingga menggelar program-program acara tertentu yang diadakan sewaktu-waktu untuk menghibur pengunjung.
Dengan adanya inovasi tadi maka jumlah pengunjung pun dapat terdongkrak. Sehingga roda usaha bisnis restoran terus bergerak.



3. Argumentasi

Maraknya aliran sesat hendaknya membuat kita waspada untuk membentengi diri dengan pemahaman akidah tauhid yang benar. Inti tauhid tidak terlepas dari dua dimensi keimanan: meyakini tiada tuhan selain Allah Swt dan mengikrarkan diri bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya.
Keyakinan terhadap keesaan Allah bukan sekadar mengakui Allah sebagai pencipta langit, bumi, dan seisinya. Tergambar dalam firman-Nya, "Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, 'Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?' Tentu mereka akan menjawab, 'Allah.' Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)," (QS Al-Ankabut,29: 61). Sumber : Republika: Jumat, 16 November 2007,

Sumber :



Tugas Softkill 1 Bahasa Indonesia 2

Persepsi Bunyi Choo’on Dalam Kosakata Terhadap Mahasiswa Tingkat IV
Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Riau Tahun Ajaran 2011/2012

1. Pendahuluan

Banyak hal menarik yang kita temui dalam mempelajari bahasa Jepang. Bentuk huruf yang beraneka ragam, cara penulisannya, perubahan bentuk kata kerja, cara pengucapan, dan mengenal tingkatan bahasa yang harus diperhatikan dalam percakapan dengan orang yang berbeda tingkatan ataupun sejajar tingkatannya.
  Salah satunya adalah bunyi bahasa. Bahasa Jepang dikenal sebagai bahasa yang kaya dengan huruf, tetapi miskin dengan bunyi. Bahasa Jepang juga membedakan pengucapan panjang pendeknya vokal dan fakta ini tidak ditemukan dalam bahasa Indonesia (Dedi Sutedi, 2003:7). Bahasa Indonesia tidak mempersalahkan tempo pengucapan vokalnya. Akan tetapi, bahasa Jepang tidaklah demikian.

  Bahasa Jepang memiliki pasangan vokal panjang (dalam penelitian ini akan memakai istilah choo’on) dan vokal pendek (tan’on). Tan’on terdiri dari vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, sedangkan choo’on terdiri dari vokal /a:4/, /i:/, /u:/, /e:/ /o:/. Vokal-vokal panjang bahasa Jepang [+tempo panjang] diintrpretasikan sebagai satuan bunyi yang menempel pada bunyi vokal pendek dan dilambangkan dilambangkan dengan tanda [R] (Hakutaro dalam Tjandra, 2004:32). Sedangkan Menurut Iwabuchi dalam Dahidi dan Sudjianto (2007:48) dalam bentuk tulisan dalam kajian fonologi, bunyi choo’on sering dilambangkan dengan tanda [:] tetapi kadang-kadang dilambangkan dengan tanda [R]. Tidak ada ketentuan pasti mengenai panjang choo’on, panjang pendek bunyi choo’on tergantung pada kecepatan berbicara.

Terkait dengan bunyi choo’on, menurut para ahli fonetik Jepang, Amanuma, Ootsubo, dan Mizutani dalam Tjandra (2004:34) data fonetik memperlihatkan bahwa tan’on bertempo pengucapan satu haku5dan choo’on merupakan satu kebulatan yang ditengah-tengahnya tidak ada pernah ada pause (berhenti sebantar). Jadi dapat disimpulkan untuk bunyi yang dianggap choo’on bertempo kira-kira dua haku (Amanuma dkk dalam Tjandra, 2004: 33).
  Choo’on seringkali diabaikan dan dianggap tidak penting dalam pembelajaran bahasa Jepang. Padahal dalam bahasa Jepang, kosakata yang mengandung choo’on dan kosakata yang tidak mengandung choo’on memiliki arti yang sama sekali berbeda. Contohnya pada kata obasan yang artinya bibi diucapkan dengan vokal pendek [a] dan kata obaasan yang artinya ibu diucapkan dengan vokal panjang [a:]. Telinga orang Indonesia yang mendengar kedua vokal itu sulit untuk mempersepsikannya karena dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan pembedaan panjang pendeknya vokal. Tetapi, pada kedua kata bahasa Jepang di atas, ternyata ciri tempo pengucapan yang secara fisik menjadi vokal yang diucapkan relatif pendek dan vokal yang diucapkan relatif panjang adalah berbeda sekali. Dengan kata lain, dalam bahasa Jepang, panjang pendeknya vokal membawa akibat kepada perbedaan makna atau benda acuan (Tjandra, 2004:66).

2. Metodologi penelitian

Dalam penelitian ini penulis data tes sebagai instrumen penelitian. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pilihan ganda. Penulis mengumpulkan data choo’on yang terdapat di dalam buku Minna no Nihongo I, Minna No Nihongo II dan Kana Nyumon. Buku ini dipilih karena merupakan buku dasar untuk mempelajari bahasa Jepang serta di dalamnya terdapat banyak kosakata. Data choo’on yang telah terkumpul di klasifikasikan berdasarkan letaknya, yaitu di awal, di tengah, di akhir, diawal dan di akhir kata. Kemudian penulis menseleksinya menjadi 45 buah kosakata. Kosakata tersebut dibaca oleh native speaker kemudian penulis merekamnya dengan menggunakan handphone bertujuan agar suara rekaman tersebut berformat wave sehingga memudahkan menganalisisnya kedalam program praat. Tes yang dilakukan adalah mendengarkan bunyi choo’on dalam bentuk kata.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tes sebagai data penelitian. Data tes diambil dengan cara meminta responden untuk mendengarkan kosakata dengan menggunakan alat pemutar suara (laptop) yang didukung oleh pengeras suara (speaker). Responden kemudian mengerjakan tes tertulis yang terdiri dari dua pilihan, kosakata yang merupakan choo’on dan 4yang tidak. Responden diharuskan memilih kosakata dengan cara menceklis didalam kotak yang telah disediakan jika dianggap sebagai bunyi choo’on tanpa memperhatikan makna kosakata dengan alokasi waktu selama 10 menit.
  Semua data yang terkumpul diolah dengan menggunakan alat bantu komputer program praat. Alat ini dapat secara mudah melakukan pengukuran intensitas, durasi, dan frekuensi. Dalam pengolahan data dibuat tahap-tahapannya, yang pertama adalah tahap digitalisasi. Data dibacakan oleh native speaker dan direkam dengan handphone. Kemudian dilakukan pengrekaman ulang dengan program praat. Selanjutnya tahap segmentasi data, yaitu data yang telah direkam dipisah kedalam segmen bunyi. 

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Bunyi Choo’on Yang Terletak Di Awal Kata

Untuk bunyi choo’on yang terletak di awal kata, 95% responden mempersepsikan dengan benar bahwa kosakata どうろ(douro) merupakan sebuah choo’on, sedangkan 5% responden salah dalam menjawab soal ini. Persentase tersebut menggambarkan kemampuan responden dalam mempersepsikan bunyi choo’on pada soal ini baik sekali.

2. Bunyi Choo’on Yang Terletak Di Tengah Kata

Untuk bunyi choo’on yang terletak di tengah kata, 90% responden mempersepsikan dengan benar bahwa kosakata ちょうきん(choukin) merupakan sebuah choo’on, sedangkan 10% responden salah dalam menjawab soal ini. Persentase tersebut
  menggambarkan kemampuan responden dalam mempersepsikan bunyi choo’on pada soal ini baik sekali.

3. Bunyi Choo’on Yang Terletak Di Akhir Kata

Untuk bunyi choo’on yang terletak di akhir kata, 86% responden mempersepsikan dengan benar bahwa kosakata ふとう(futou) merupakan sebuah choo’on, sedangkan 14% responden salah dalam menjawab soal ini. Persentase tersebut menggambarkan kemampuan responden dalam mempersepsikan bunyi choo’on pada soal ini baik sekali.

4.  Bunyi Choo’on Yang Terletak Di Awal Dan Tengah Kata

Untuk bunyi choo’on yang terletak di awal dan tengah kata, 86% responden mempersepsikan dengan benar bahwa kosakata れいぞうこ(reizouko) merupakan sebuah choo’on, sedangkan 14% responden salah dalam menjawab soal ini. Persentase tersebut menggambarkan kemampuan responden dalam mempersepsikan bunyi choo’on pada soal ini baik sekali.

5.  Bunyi Choo’on Yang Terletak Di Awal dan Akhir Kata

Untuk bunyi choo’on yang terletak di awal dan akhir kata, 86% responden mempersepsikan dengan benar bahwa kosakata とうけい (toukee) merupakan sebuah bunyi choo’on, sedangkan 14% responden salah dalam menjawab soal ini. Persentase tersebut menggambarkan kemampuan responden dalam mempersepsikan bunyi choo’on pada soal ini baik sekali.

4. Kesimpulan
Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh setelah penelitian ini, maka penulis merekomendasikan saran sebagai berikut: kepada pengajar, dalam perkuliahan agar membahas materi choo’on lebih mendalam. Hal ini dirasa perlu agar mahasiswa terbiasa dengan bunyi (choo’on) dan bunyi (tan’on) sehingga meminimalkan kesalahan ketika berkomunikasi dalam bahasa Jepang terutama ketika berbicara dengan orang Jepang.Kepada pembelajar, mengenai bunyi (choo’on) dan bunyi (tan’on) terdapat banyak kesalahan terutama dalam hal mempersepsikannya, diharapkan agar lebih meningkatkan latihan-latihan 7dalam mendengarkan bunyi (choo’on) dan bunyi (tan’on) serta memahami artinya dengan baikagar tidak melakukan kesalahan dalam mempersepsikan bunyi.



Tugas Softkill 2 Bahasa Indonesia 2

Nama : 1. Dewi Purwasih Sofia
                2. Fauziah Tri Utami
                3. Olga Windi Mahardika
Kelas : 3KA02

Tugas Sofskill 2 Kalimat efektif

1.       Baca literatur tentang kalimat efektif dan kesejajaran kata dalam kalimat (literatur bebas dan harus dicantumkan dalam daftar referensi). Cari data melalui majalah dan surat kabar masing-masing sebanyak 5 kalimat. Pilih kalimat yang tidak memperhatikan unsure kesejajaran bentuk kata dalam sebuah kalimat! Ubahlah kalimat tersebut sehingga menjadi kalimat efektif dengan memperhatikan kesejajaran bentuk kata-katanya.

a.       Kesejajaran makna
-          Contoh : menggunakan fasilitas didalam resor pun tak kalah cantiknya dengan laut. (margo magazine)
-          Kalimat efektif : mengunakan fasilitas yang ada didalam resor tidak kalah cantik dengan laut.
-          Contoh : jerawat timbul akibat pola makan yang tak teratur serta perubahan hormon yang terjadi didalam tubuh. (margo magazine)
-          Kalimat efektif : jerawat timbul akibat pola makan yang tidak teratur serta pada perubahan hormon yang terjadi didalam tubuh.

b.      Kesejajaran Bentuk
-          Contoh : Putusan itu sekaligus membuktikan MA masih konsisten menerapkan pemidanaan mati untuk pengedar atau penjual narkoba. (Koran kompas)
-          Kalimat efektif : Putusan itu dibuktikan MA masih konsisten diterapkan pemidanaan mati untuk pengedar atau penjual narkoba.
-          Contoh : lebih lanjut johan mengungkapkan,pemberkasaan juga tergantung dari kebutuhan penyidik akan pemeriksaan saksi-saksi. (Koran kompas)
-          Kalimat efektif : diungkapkan johan lebih lanjutn pemberkasaan juga tergabtung dari kebutuhan penyidik akan diperiksa saksi-saksi.

c.       Kesejajaran Bentuk dan Makna
-          Contoh : “Penyidikan itu,kan,tidak berarti harus tersangka duluan yang diperiksa.kalau tersangka belum diperiksa,bukan berarti kasusnya didiamkan” ujar kata johan. (Koran kompas)

Agar efektif, kalimat tersebut harus dikembalikan pada gagasan semula, yang terungkap dalam beberapa kalimat berikut.

-          Kalimat efektif :
o   penyidikan ini tidak harus tersangka duluan yang harus diperiksa
o   penyidikan ini harus mengikuti proses yang sudah ditentukan
o   maka kalau tersangka belum diperiksa bukan berarti kasusnya didiamkan.

2.       Kalimat yang terdapat kalimat waktu dan tempat .
a.       Panen udang terakhir berlangsung pada Jumat (12/4) di DeSA Sukajaya,Kecamatan Pontang. (Koran kompas)
b.      Berbagai merek dan mobel mobil bekas ditawarkan kepada pengunjung di pasar besar mobil dan sepeda motor bekas di Parkir atIMUR Senayan, Jakarta,Jumat (19/4). (Koran kompas)
c.       Direktorat jenderal pajak kementerian Oktoria Hendrardji di Media Center Kantor Ditjen Pajak,Jakarta,Jumat (19/4). (Koran kompas)


3.       3 kalimat yang menunjukkan urutan peristiwa yang logis, dan 3 kalimat yang menunjukkan penegasan dengan cara mengulang kata yang dianggap penting.

·         Kalimat urutan peristiwa logis
A.      Wakil Presiden Boediono memgatakan, PT pertamnia seharusnya menyediakan bahan bakar minyak nonsubsidi hingga ke daerah pelosok, adapun perbedaan dengan BBM bersubsidi yang pasokannya terbatas ,BBM nonsubsidi tidak memiliki batasa kuota sehingga beberapa pun permintaan masyarakat harus dapat dipenuhi. (Koran kompas)
B.      Ketua DPP REI Setyo Maharso, saat dihubungi di Batam,Kepulauan Riau,Jumat (19/4), mengemukakan, sekitar 60% dari masyarakat berpenghasilan rendah yang membutuhkan KPR bersubsidi bekerja di sector informal. (Koran kompas)
C.      Ribuan penumpang bus antarkota dalam provinsi Puspa Indah jurusan Malang-Kediri, Malang-Jombang, dan Malang-Tuban Jumat (19/4), terlantar berjam-jam diterminal Landungsari , kabupaten Malang, Jawa timur. (Koran kompas)

4.       Carilah 5 kalimat yang di dalamnya terdapat pengulangan subjek kalimat yang tidak diperlukan.
a.       Andi datang membawa lauk pauk , lalu Andi meletakannya di atas meja makan (majalah anak bobo)
b.      Dia mengambil surat itu dengan ragu, Dia berpikir apakah dia akan membacannya atau tidak. Karena mata Dia mengamati amplop yang tak beralamat pengirimnya. (majalah anak bobo)
c.       Kami berusaha memahami apa yang terjadi di satu sektor industri, kami harus membuat regulasi yang tidak mendistorsi ekonomi. (Koran kompas)
d.      Kami mulai paham karakter masing-masing,kami saling melengkap. (Koran kompas)
e.      Dia biasanya jarang main,lebih suka menonton televisi, pada hari kamis pukul 20.00 Dia masih kelihatan menonton televisi. (majalah XY-Kids)
5.       Cari kalimat-kalimat dengan variasi pembukaan:
ü  Frase keterangan tempat
Contoh : Rio Harianto berada di posisi 25 pada sesi kualifikasi putaran kedua GP2 seri Bahrain Di Sakhir Internasional Circuit,Bahrain. (Koran kompas)
ü  Frase keterangan waktu
Contoh : Kemarin Circuit Sakhir tiba-tiba diguyur hujan singkat pada siang hari. (Koran kompas)
ü  Frase keterangan cara
Contoh : Setelah sukses membalas kekalahaan terdahulu, Fran/Sendy akan berhadapan Dengan ganda korea selatan. (Koran kompas)
ü  Frase verbum
Contoh : Adik sejak tadi akan menulis dengan pensil baru.
ü  Partikel penghubung

Contoh : Semua usaha sudah ia lakukan, tetapi hasil yang ia dapat belum memuaskan.