Sekarang
ini masyarakat dunia, termasuk Indonesia, sedang masuk dalam era
globalisasi. Menurut waktu, dalam lima tahun belakangan ini kita, sering
sekali mendengar kata "Globalisasi" baik itu dalam media massa maupun
melalui percakapan sehari-hari. Singkatnya "Globalisasi" sepertinya
sudah menjadi milik umum meski telah berapa persen dari masyarakat yang
betul-betul memahami pengertian dari globalisasi itu sendiri.
Globalisasi
Globalisasi
adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak
terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia
global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi
mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menciptakan
berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan
dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan.
Globalisasi Dan Budaya
Gaung
globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah
membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap
menerima kenyataan masuknya pengaruh luad terhadap seluruh aspek
kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan.
Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan
bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya.
Kesenian rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia
tidak luput dari pengaruh globalisasi.
Globalisasi
dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya
dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses
komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri
dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam
globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan
dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Akibatnya negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu
khawatir akan tertinggal dalam arus globalisasi dalam berbagai bidang
seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian kita.
Globalisasi Dalam Kebudayaan Tradisional Di Indonesia
Proses
saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar
masyarakat. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam
kebudayaan manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri
dengan keadaan yang senantiasa berubah. Prubahan yang terjadi saat ini
berlangsung begitu cepat. Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak
negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan
kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian berlangsung
selama beberapa generasi. Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga
bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar.
Globalisasi : Persebaran Budaya Dunia
Globalisasi
secara intensif terjadi pada awal abad ke-20 dengan perkembangannya
teknologi komunikasi. Kontak budaya tidak perlu melalui kontak fisik
karena kontak melalui media telah memungkinkan. Karena itu, tidak
mengherankan bila globalisasi berjalan dengan cepat dan massal, sejalan
dengan berkembangnya teknologi komunikasi modern, mulai bermunculan portable radio,
televisi, televisisatelit, dan kemudian internet. Keunggulan media
massa, baik cetak maupun elektronik, adalah bahwa media tersebut mampu
menyuguhkan gambar-gambar secara jelas dan terperinci kepara para
pemakainya.
Terkait
dengan globalisasi, mitos yang hidup selama ini te ntang globalisasi
adalah bahwa proses globalisasi akan membuat dunia seragam. Proses
globalisasi akan menghapus identitas dan jati diri. Kebudayaan lokal
atau etnis akan ditelan oleh kekuatan budaya besar atau kekuatan budaya
global. Anggapan atau jalan diatas tersebut tidak sepenuhnya benar.
Kemajuan teknologi komunikasi memang telah membuat batas-batas dan jarak
menjadi hilang dan tak berguna.
Perubahan Budaya Dalam Globalisasi ; Kesenian Yang Bertahan Dan Yang Tersisihkan
Perubahan
budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan
dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari
nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma
sosial merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar.
Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan
batas-batas budaya setiap bangsa.
Peristiwa
transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap
keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan
bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga
kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang
semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif
tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih
menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita.
Pesatnya
laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana
difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan
yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak
tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukkan tradisional yang
sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Sekalipun demikian bukan
berarti semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya
globalisasi.
Kesenian Rakyat Dalam Orientasi Globalisasi
Pada era globalisasi saat ini, eksistensi atau keberadaan kesenian
rakyat berada pada titik yang rendah dan mengalami berbagai tantangan
dan tekanan-tekanan baik dari pengaruh luar maupun dalam. Tekanan dari
pengaruh luar terhadap kesenian rakyat ini dapat dilihat dari pengaruh
berbagai karya-karya kesenian populer dan juga karya-karya kesenian yang
lebih modern lagi yang dikenal dengan budaya pop. Kesenian-kesenian
populer tersebut lebih mempunyai keleluasaan dan kemudahan-kemudahan
dalam berbagai komunikasi baik secara alamiah maupun teknologi, sehingga
hal ini memberikan pengaruh terhadap masyarakat. Selain itu, aparat
pemerintah nampaknya lebih mengutamakan atau memprioritaskan segi
keuntungan ekonomis (bisnis) ketimbang segi budayanya, sehingga kesenian
rakyat semakin tertekan lagi.
Kebanyakan
hal tersebut (kesenian tradisional) ini tidak dapat bangun lagi karena
kerasnya daya saing dengan kesenian-kesenian yang sangat modern.
Sementara itu pemerintah hampir tidak perduli lagi dengan keadaan
kesenian tradisional di daerah. Hal ini, bisa saja disebabkan oleh
adanya asumsi-asumsi yang dikaitkan dengan konsep-konsep dasar
pembangunan di bidang kesenian yang penekanannya dan intinya
melestarikan dan mengembangkan kesenian yang bertaraf dengan
kecenderungan universal. Sehingga, kesenian-kesenian yang ada sekarang
ini dapat dianggap tidak sesuai dengan objek-objek dan tujuan dari
pembangunan yang sedang dijalankannya ini. Dengan kata lain, bahwa
keaslian dari suatu kesenian yang dipandang belum dapat dibanggakan
sebagai bukti keberhasilan suatu pembangunan di daerahnya.
Peran Pemerintah Dalam Kesenian Rakyat
Dalam
pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku aparat
pemerintah dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, dimana
banyaknya camput tangan dalam menentukan objek dan berusaha merubah agar
sesuai dengan tuntutan pembangunan. Hal ini tentu saja
mengabaikan masalah pemeliharaan dan pengembangan kesenian secara murni,
dalam arti benar-benar didukung oleh nilai seni yang mendalam dan bukan
sekedar hanya dijadikan model saja dalam pembangunan.
Dengan
demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat mempunyai ruang yang
cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau natural, karena itu,
secara tidak langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat
tergantung oleh model-model pembangunan yang cenderung lebih modern dan
rasional.
Globalisasi
budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas
kebudayaan nasional. Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya
menjadi aset kekayaan kebudayaan nasional jangan sampai hanya menjadi
alat atau slogan para pemegang kebijaksanaan, khususnya pemerintah,
dalam rangka keperluan turisme, politik dsb. Selama ini pembinaan dan
pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan lembaga pemerintah
masih sebatas pada unsur formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi
kehidupan kesenian yang bersangkutan. Akibatnya, kesenian tradisional
tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun justru semakin dijauhi
masyarakat.
Untuk
menhadapi hal-hal tersebut diatas ada beberapa alternatif untuk
mengatasinya, yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi para
seniman rakyat. Selain itu, mengembalikan peran aparat pemeritah sebagai
pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya justru menghancurkannya
demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada dana-dana proyrk
atau dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar